Senin, 07 September 2009

“Karena Kita Muslim”

25Menjadi Muslim adalah menjadi manusia dengan tingkat argumentasi hidup yang paling kuat, penuh kepastian, kejelasan alasan yang sangat terang benderang, seperti matahari di puncak siang, atau bulan dimalam purnamanya. Atas apa yang dilihat, dilakukan, dipilih, atau dialami. Maka penegasan itu wanti-wanti itu, bukan sesebuah demonstrasi kedunguan orang awam yang tak mengerti. Bukan sama sekali bukan itu. Itu adalah deklarasi tentang argumentasi yang sangat kokoh. untuk sebuah sikap, keyakinan, dan juga ketentraman. kepastian argumentasi, ujung kemana segalanya berakhir, bagi seorang Muslim, adalah seperti berpergian ketempat kemana akan ia tuju. Ia sangat tau bahwa tempat itu ada, tapi sepanjang perjalanan menuju tempat itu, ada lelah yang menggoda, ada letih yang menghela. Tapi sang Muslim terus berjalan bersama kafilahnya, di atas keyakinanannya. Ia yakin akan ke tempat itu , dengan cara apapun, pada waktu kapanpun, karena yakin tempat itu benar-benar ada. Ia hanya membutuhkan gerak, dan segalanya berjalan bersama argumentasi yang sangat pasti. “Dan barangsiapa mengerjakan perbuatan baik sebesar biji dzarrah pun, ia akan mendapati balasannya. Dan barang siapa mengerjakan perbuatan buruk sebiji dzarrah pun, ia akan mendapati balasannya.”

Argumentasi hidup yang sangat kuat, adalah seperti pondasi bagi bangunan yang sangat megah, Atau seperti akar yang menghujam dalam ke perut bumi, yang menopang pepohonanan dengans angat gagah. Begitulah kiranya seorang Muslim. Kepastian argumentasi itu, berpulang kepada kepastian Islam itu sendiri, kepasian ajarannya, kepastian konstruksi ideologinya, kepastian Allah sebagai Tuhannya, Kepastian sumbernya, kepastian arahnya, kepastian tentang apa yang akan diperoleh seorang Muslim, bahkan juga kepastian sudut pandang yan bisa diambil oleh seoorang Muslim dalam melihat dan membingkai seluruh laku lakon hidupnya. Jika engkau Muslim maka engkau berada di atas pijakan yang kuat. Bergantung pada buhul-buhul yang kokoh dan liat. “Tak ada paksaan dalam agama, telah jelas dan terang mana jalan hidayah dan mana jalan kegelapan, maka barang siapa kafir terhadap thaghut, danberiman kepada Allah maka ia telah berpegang teguh pada buhul-buhul yang sangat kokoh. Tidak akan terpisah, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Argumentasi yang kokoh itu pula yang mendasari lahirnya sebuah keberanian, kerelaan, dan kesipan untuk bertanggung jawab bagi seorang Muslim. bahkan ketika kemudian yang dihadapi seorang Muslimi tu adalah masalah, kesulitan, ujian, fitnah, semuanya tetap menguatkan sisi keyakinan itu, keyakinanan sebagai Muslim. Bahwa ada harapan pahala atas kesabaran, juga janji-janji akan keteguhan. Tapi kepastian-kepastian itu bukan berarti tanpa drama, bukan berarti tapa konflik, juga bukan berarti tanpa saat-saat menyedihkan. Itu ada kadarnya yang sangat beragam pada setiap orang, atau setiap peristiwa.

orang-orang yang gamang akan kemuslimannya, sejujurnya ia sangat merugi. Ia tidak akan mengerti bagaimana semestinya menjalani idup. sebagaimana orang-orang yang melecehkan Islam, menghina kitab sucinya, bermain-main dengan ajarannya, mereka tidak pernah mengerti dengan siapa mereka berhadapan. Mereka juga tidak sepenuh-penuh memiliki argumentasi sikap, tingkat kepastian kesudahan yang mebuat mereka benar-benar tenang. Mereka sedikitpun tak mengerti, betapa linglungnya hidup tanpa argumentasi keyakinanan yang punya tingkat kepastian sempurna. hanya ketika kita menjadi Muslim dengan sebenar-benarnya maka kita memiliki kepastian argumentasi yang kokoh untuk semua tindakan, kejelasan harapan, keniscayaan akhiran, di sini atau di akhirat nanti.

Menjadi hanya seorang Badui, atau menjadi seorang Ulama besar seperti Imam Ahmad, menjadi Presiden, atau rakyat biasa, menjadi Jendral atau orang kampung, menjadi guru atau pedagang, adalah karunia yang di beri Allah untuk hamba-Nya. Tentu ada jerih payah pada unsur kemanusiannya. Tapi hanya ketika kita benar-benar menjadi Muslim, kita akan hidup diatas keyakinan pijakan dan argumentasi sikap yang kuat, kokoh, dan menentramkan. Maka jadilah kita Ahmad, atau Abdullah atau Jhon, atau Badui, atau orang Kota, atau sipapun diri kita sendiri, asal kita benar-benar seorang Muslim.

Semoga di tahun yang baru nanti keyakian akan selalu mengikat erat pada urat leher kita, Sekuat kita mengigit keyakinan itu dengan geraham. Selamat tahun Baru Hijriyah : 1430H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar